DHARMAWANGSA
(………- 1007)
Dharmawangsa, adalah raja terkenal di Jawa Timur sesudah
sendok. Dikenal karena sejak kerajaan ditangannya, banyak perubahan dan
kemajuan yang diperoleh negara. Jawa Timur makmur dibawah kekuasaannya. Ia
selalu berjuang melebarkan sayap pemerintahannya ke luar Jawa. Ia sangat
memperhatikan kemajuan literature. Disamping itu, ia ahli undang-undang dan
menegerti seluk-beluk hukum.
Pernah ia mengarangkan sebuah buku undang-undang yang
dipakai terus dalam kerajaannya, bahkan sampai sekarang masih dipakai di Bali.
Demikianlaj kebesaran Dharmawangsa sebenarnya ialah dari tiga jurusan itu,
yaitu pertama keinginannya hendak melebarkan pemerintahannyasampai
melampaui pulau Jawa. Pernah Sriwijaya dapat ditaklukannya sampai 10 tahun. Kedua
karena perhatiannya yang sangat besarterhadap literature ( perpustakaan). Orang
Jawa yang tadinya tidak mengerti sedikitpun bahasa Sanskrit, Dharmawangsa
menyuruh menterjemahkan Mahabarata dari bahasa Sanskrit ke dalam bahasa Jawa
kuno. Ketiga kecakapannya membuat undang-undang.
ASAL-USULNYA.
Sesungguhnya harus disesalkan, karena sejarah kita sejak
dahulu tidak begitu memperhatikan catatan-catatn yang perlu untuk orang di
belakang. Payah kita mencari ke sana –sini, dari mana asal-usul, tanggal
kelahiran dari seseorang orang besar bangsa kita zaman yang dahulu, tetapi
karena memang tidak ada catatnnya, sia-sia belaka umumnya usaha mencari itu.
Demikian juga dengan asal-usul Dharmawangsa ini, gelap sama sekali. Hanya
diraba-raba orang, mungkin ia masih berfamili dengan Makuta Wangsa Wardana, anak
dari Sjri Isnaja Tungga Widjaja, raja perempuan yang menggantikan Sendok.
Enam belas tahun lamanya Dharmawangsa memerintah di Jawa
Timur yaitu sejak tahun 991-1007. Dalam selama itu ia mencapai puncak
ketinggian dan kebesarannya. Rakyat makmur dan aman.
Karena keinginannya hendak melebarkan sayap negaranya,
maka pada tahun 991 – 992 dikirimnya ekspedisi balatentara yang kuat ke
Sriwijaya, dan Sriwijaya dapat ditaklukkannya. Ada kira-kira 10 tahun lamanya
Sriwijaya dibawah kuasa raja Dhrmawangsa. Selain dari itu, Borneo dan Bali
harus membayar upeti kepadanya.
Dharmawangsa membuat perhubungan dengan Tiongkok, dan
memang dialah raja Jawa yang pertama kali mengirim utusan ke Tiongkok.
Disinilah terletak kebesaran cita-citanya, yaitu
memperbesar pengaruh ke luar yang oleh raja-raja sebelumnya belum pernah
dilakukan. Kemegahan kerajaan lama, terletak ditangan raja yang sanggup
memperluas daerah kekuasaan, dan pandai membuat perhubungan dengan luar negeri,
disamping dapat mengaman dan memakmurkan rakyat.
Juga Dharmawangsa sangat memperhatikan pustaka.
Disuruhnya diterjemahkan kitab Mahabaratakedalam bahasa jawa kuno dari bahasa
Sanskrit, sehingga dengan itu orang jawa mengerti isi kitab itu yang sampai
sekarang masih juga diingat-ingat bangsa kita di Jawa. Selain dari itu
Dharmawangsa membuat sebuah biku undang-undang. Buku undang-undang ini bernama Sjiwasajana.
Tidak saja di jawa Timur buku undang-undang itu dipergunakan, bahkan di Bali
juga. Konon sampai sekarang masih terus dipakai di Bali.
Tentang keluarga Dharmawangsa yang dapat diketahui
sejarah, ialah Erlangga anak dari Dharmawangsa (Hudajana) raja Bali dan
isterinya Mehendaradata, adalah menantu dari Dharmawangsa.
KEJATUHANNYA
Tidak lama usia kekuasaan Dharmawangsa. Ia akhirnya dapat
dikalahkan oleh Sriwijaya yang membalas dendam. Sewaktu Sriwijaya yang telah
ditaklukkan Dharmawangsa kuat kembali,
maka berniatlah ia akan membalas dendam dan merebut Jawa Timur. Waktu Raja Wurawari,
raja dari Hindia Belakang mengerahkan tentaranya hendak merampas pulau Jawa,
raja Sriwijaya bersekutu dengan raja Wurawari ini. Sriwijaya pun mengerahkan
tenaga militernya yang kuat pula.Persekutuan kedua kerajaan besar ini begitu rupa, sehingga diwaktu
penyerangannyakepada kerajaan Dharmawangsa, kerajaan Jawa timur ini tak sanggup
mempertahankan dirilagi. Kerajaan Dharmawangsa dapat dirampas, sedang kratonnya
yang terletak di Watonmas dapat diduduki.
Peperangan ini tidak lama berjalannya. Sebenarnya waktu
saja Dhrmawangsa dapat dikalahkan. Didalam peperangan ini Dharmawangsa sendiri
mati terbunuh, yaitu pada tahun 1007.
Harus juga diterangkan sedikit sebelum kita meneruskan
sejarah kerajaan Jawa Timur ini, ialah tentang pemakaian candi-candi. Di Jawa
Tengah : Candi-candi dipergunakan tempat pemujaan dewa-dewa, sedangkan di jawa
Timur ialah tempat makam mayat raja-raja. Caranya ialah, mula-mula mayat raja
itu dibakar. Abunya diambil dan disimpan di dalam satu peti besi. Peti itu
berbentuk segiempat dan mempunyai 9 lubang. Abu mayat raja itu diletakkan dalam
lubang-lubang itu, dan kemudia dibalut (dibungkus) dengan mas intan dan
barang-barang perhiasan lain.
Peti ini digalikan ke dalam lubang. Lalu ditimbun. Di
atas lubang ini dibentuk sebuah patung yang kira-kira menyerupai raja yang mangkat
itu. Patung ini dibuatkan rumah-rumahnya, dan inilah asal candi.
Mayat Dharmawangsa yang telah tewas di dalam peperangan
inipun diperlakukan demikian pula.
Kerajaan ini kemudian digantikan oleh Erlangga.
ERLANGGA
Sebagai
diterangkan di atas, Erlangga adalah anak dari Mahendaradata isteri
Dharmadayana, menantu dari Dharmawangsa. Jadi Erlangga adalah cucu dari raja
yang telah meninggal ini. Erlangga dilahirkan di Bali dalam tahun 991 permulaan
dari naik tahtanya Dharmawangsa menjadi raja. Semasa usianya masih kecil, ia
dikawinkan dengan anak Dharmawangsa. Sesudah kawin ini ia berangkat ke tanah
Jawa dan tinggal di kraton Watonmas bersama-sama mertuanya. Sewaktu Wurawari
dan Sriwijaya menghantam kraton dan kerajaan itu pada tahun 1007, Erlangga dan
isterinya dapat melarikan diri, bersama dengan seorang sahabatnya bernama Nara
utama. Mereka lari ke dalam hutan dan di sana mereka mengadakan pertapaan
selama tiga tahun. Tahun 1010 atas anjuran sahabat-sahabatnya mengingat tidak
ada raja yang memerintah, maka Erlangga mengangkat dirinya menjadi raja Jawa
Timur. Penobatan yang resmi baru dilakukan, ialah pada tahun 1019 sebagai raja.
Erlangga memerintah sampai tahun 1042. Sewaktu kerajaan
itu mulai dipegangnya sungguh sangat terharu hatinya melihat bekas-bekas
kehangcuran yang dilihatnya. Kerajaan telah berserak-serak, daerah-daerah yang
pasti belum nyata.
Banyak daerahnya yang terbagi-bagi ditangan raja-raja
kecil. Tetapi disingsingnya lengan bajunya. Ia berjuang sekuat tenaga
menghidupkan kerajaan kembali. Mula-mula dipersatukannya daerah-daerah yang
telah cerai-berai itu. Kraton Watonmas dibetulkannya kembali, dicarinya
pengikut-pengikut yang setia mengikutinya.
Dalam pada itu
raja-raja kecil itu terus juga memberontak melawan Erlangga. Barulah pada tahun
1025 ia dapat memerangi kaum pemberontak itu, dan baru selesai menjadi aman
pada tahun 1035.
Sepuluh tahun lamanya Erlangga berjuang memperbaiki
kedudukannya. Ia telah dapat mengalahkan raja Wengker, satu-satunya lawan
terbesar oleh Erlangga. Sesudah raja Wengker dapat dikalahkan, barulah Erlangga
dapat menyusun kembali daerah-daerahnya yang bercerai-berai, sehingga akhirnya
dapatlah disatukannya kembali kerajaan mertuanya. Kerajaan Erlangga terletak
antara gunung Lawu dan Balambangan.
Dalam tahun 1037 Erlangga memindahkan kratonnya ke
Kahurifan. Jalan politik pemerintahan ditukarnya dengan yang sesuai menurut
keadaan di waktu itu. Ia tidak memusuhi Sriwijaya lagi, tetapi ia senantiasa
mencari sahabat-sahabat. Perhubungan luar negeri diaturnya sebaik-baiknya. Ia
bersahabat dengan Sriwijaya dan Kamboja.
Erlangga mempunyai pelabuhan Ujung Galuk, yang terletak di tepi sungai
Berantas dan juga Tuban.
Dengan dua pelabuhan ini, Erlangga dapat senantiasa
membuat perhubungan ekonomi dengan negara-negara tetangga, sehingga negara Jawa
Timur mengecap kenikmatan pula kembali. Kemajuan perdagangan diperhatikan
terus. Di bawah pemerintahan Erlangga, kebudayaannyapun hidup subur. Ahli
sastra yang ternama ialah Mpu Kanwa yang mengarang sebuah seloka bernama
Arjuna Wiwaha, yang sangat terkenal diwaktu itu, bahkan sampai sekarang.
Erlangga rupanya tidak tahan lama memerintah. Pada tahun
1042 ditinggalkannya kerajaan, dan ia bersam anaknya yang perempuan bernama
Sanggrama Wijaya pergi bertapa ke tempat pertapaan Pugawat, letaknya di
gunung Pananggungan.
Ia bertapa dan beribadat di sana. Tempat ibadat ini
didirikan sebagai peringatan menang perang tahun 1041.
Sesudah Erlangga meninggal, dibuat oranglah patungnya
yang menyerupai Wisnu duduk diatas garuda di gunung Pananggungan.
Sesudah Erlangga meninggalkan tahta kerajaan, tinggallah
negeri dengan tidak mempunyai raja. Yang harus menggantikan kedudukannya ialah
Sanggrama Wijaya, tapi iapun lebih menyukai bertapa dari pada memeritah. Ada
juga anak Erlangga dua orang laki-laki. Atas anjuran Mangkubumi Empu Brada,
kerajaan dibagi dua. Yang satu diberi nama Penjalu atau Daha dan
disebut Kediri, letaknya disebelah barat gunung Kelut.
Yang kedua bernama Donggala, letaknya di timur
gunung Kelut. Inilah akibat Erlangga meninggalkan tahta kerajaannya.
Kerajaan yang tadinya bersatu kuat, kini telah terbagi
dua, dan maka diantara keduanya saling bercedera selalu. Masing-masing tak mau
kalah pengaruh. Akan tetapi dari kedua kerajaan ini, yang terkenal, ialah
Kediri, sedangkan Donggalakurang ternama. Boleh jadi karena berdirinya Donggala
hanya beberapa tahun saja, dan akhirnya takluk juga kepada Kediri.
Demikianlah kisah kerajaan Jawa Timur itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar