Selasa, 09 April 2013

KERAJAAN "Baheula"


DHARMAWANGSA
(………- 1007)


            Dharmawangsa, adalah raja terkenal di Jawa Timur sesudah sendok. Dikenal karena sejak kerajaan ditangannya, banyak perubahan dan kemajuan yang diperoleh negara. Jawa Timur makmur dibawah kekuasaannya. Ia selalu berjuang melebarkan sayap pemerintahannya ke luar Jawa. Ia sangat memperhatikan kemajuan literature. Disamping itu, ia ahli undang-undang dan menegerti seluk-beluk hukum.
            Pernah ia mengarangkan sebuah buku undang-undang yang dipakai terus dalam kerajaannya, bahkan sampai sekarang masih dipakai di Bali. Demikianlaj kebesaran Dharmawangsa sebenarnya ialah dari tiga jurusan itu, yaitu pertama keinginannya hendak melebarkan pemerintahannyasampai melampaui pulau Jawa. Pernah Sriwijaya dapat ditaklukannya sampai 10 tahun. Kedua karena perhatiannya yang sangat besarterhadap literature ( perpustakaan). Orang Jawa yang tadinya tidak mengerti sedikitpun bahasa Sanskrit, Dharmawangsa menyuruh menterjemahkan Mahabarata dari bahasa Sanskrit ke dalam bahasa Jawa kuno. Ketiga kecakapannya membuat undang-undang.

ASAL-USULNYA.
            Sesungguhnya harus disesalkan, karena sejarah kita sejak dahulu tidak begitu memperhatikan catatan-catatn yang perlu untuk orang di belakang. Payah kita mencari ke sana –sini, dari mana asal-usul, tanggal kelahiran dari seseorang orang besar bangsa kita zaman yang dahulu, tetapi karena memang tidak ada catatnnya, sia-sia belaka umumnya usaha mencari itu. Demikian juga dengan asal-usul Dharmawangsa ini, gelap sama sekali. Hanya diraba-raba orang, mungkin ia masih berfamili dengan Makuta Wangsa Wardana, anak dari Sjri Isnaja Tungga Widjaja, raja perempuan yang menggantikan Sendok.
            Enam belas tahun lamanya Dharmawangsa memerintah di Jawa Timur yaitu sejak tahun 991-1007. Dalam selama itu ia mencapai puncak ketinggian dan kebesarannya. Rakyat makmur dan aman.
            Karena keinginannya hendak melebarkan sayap negaranya, maka pada tahun 991 – 992 dikirimnya ekspedisi balatentara yang kuat ke Sriwijaya, dan Sriwijaya dapat ditaklukkannya. Ada kira-kira 10 tahun lamanya Sriwijaya dibawah kuasa raja Dhrmawangsa. Selain dari itu, Borneo dan Bali harus membayar upeti kepadanya.
            Dharmawangsa membuat perhubungan dengan Tiongkok, dan memang dialah raja Jawa yang pertama kali mengirim utusan ke Tiongkok.
            Disinilah terletak kebesaran cita-citanya, yaitu memperbesar pengaruh ke luar yang oleh raja-raja sebelumnya belum pernah dilakukan. Kemegahan kerajaan lama, terletak ditangan raja yang sanggup memperluas daerah kekuasaan, dan pandai membuat perhubungan dengan luar negeri, disamping dapat mengaman dan memakmurkan rakyat.
            Juga Dharmawangsa sangat memperhatikan pustaka. Disuruhnya diterjemahkan kitab Mahabaratakedalam bahasa jawa kuno dari bahasa Sanskrit, sehingga dengan itu orang jawa mengerti isi kitab itu yang sampai sekarang masih juga diingat-ingat bangsa kita di Jawa. Selain dari itu Dharmawangsa membuat sebuah biku undang-undang. Buku undang-undang ini bernama Sjiwasajana. Tidak saja di jawa Timur buku undang-undang itu dipergunakan, bahkan di Bali juga. Konon sampai sekarang masih terus dipakai di Bali.
            Tentang keluarga Dharmawangsa yang dapat diketahui sejarah, ialah Erlangga anak dari Dharmawangsa (Hudajana) raja Bali dan isterinya Mehendaradata, adalah menantu dari Dharmawangsa.

KEJATUHANNYA

            Tidak lama usia kekuasaan Dharmawangsa. Ia akhirnya dapat dikalahkan oleh Sriwijaya yang membalas dendam. Sewaktu Sriwijaya yang telah ditaklukkan  Dharmawangsa kuat kembali, maka berniatlah ia akan membalas dendam dan merebut Jawa Timur. Waktu Raja Wurawari, raja dari Hindia Belakang mengerahkan tentaranya hendak merampas pulau Jawa, raja Sriwijaya bersekutu dengan raja Wurawari ini. Sriwijaya pun mengerahkan tenaga militernya yang kuat pula.Persekutuan kedua kerajaan besar ini  begitu rupa, sehingga diwaktu penyerangannyakepada kerajaan Dharmawangsa, kerajaan Jawa timur ini tak sanggup mempertahankan dirilagi. Kerajaan Dharmawangsa dapat dirampas, sedang kratonnya yang terletak di Watonmas dapat diduduki.
            Peperangan ini tidak lama berjalannya. Sebenarnya waktu saja Dhrmawangsa dapat dikalahkan. Didalam peperangan ini Dharmawangsa sendiri mati terbunuh, yaitu pada tahun 1007.
            Harus juga diterangkan sedikit sebelum kita meneruskan sejarah kerajaan Jawa Timur ini, ialah tentang pemakaian candi-candi. Di Jawa Tengah : Candi-candi dipergunakan tempat pemujaan dewa-dewa, sedangkan di jawa Timur ialah tempat makam mayat raja-raja. Caranya ialah, mula-mula mayat raja itu dibakar. Abunya diambil dan disimpan di dalam satu peti besi. Peti itu berbentuk segiempat dan mempunyai 9 lubang. Abu mayat raja itu diletakkan dalam lubang-lubang itu, dan kemudia dibalut (dibungkus) dengan mas intan dan barang-barang perhiasan lain.
            Peti ini digalikan ke dalam lubang. Lalu ditimbun. Di atas lubang ini dibentuk sebuah patung yang kira-kira menyerupai raja yang mangkat itu. Patung ini dibuatkan rumah-rumahnya, dan inilah asal candi.
            Mayat Dharmawangsa yang telah tewas di dalam peperangan inipun diperlakukan demikian pula.
            Kerajaan ini kemudian digantikan oleh Erlangga.

ERLANGGA

            Sebagai diterangkan  di atas, Erlangga  adalah anak dari Mahendaradata isteri Dharmadayana, menantu dari Dharmawangsa. Jadi Erlangga adalah cucu dari raja yang telah meninggal ini. Erlangga dilahirkan di Bali dalam tahun 991 permulaan dari naik tahtanya Dharmawangsa menjadi raja. Semasa usianya masih kecil, ia dikawinkan dengan anak Dharmawangsa. Sesudah kawin ini ia berangkat ke tanah Jawa dan tinggal di kraton Watonmas bersama-sama mertuanya. Sewaktu Wurawari dan Sriwijaya menghantam kraton dan kerajaan itu pada tahun 1007, Erlangga dan isterinya dapat melarikan diri, bersama dengan seorang sahabatnya bernama Nara utama. Mereka lari ke dalam hutan dan di sana mereka mengadakan pertapaan selama tiga tahun. Tahun 1010 atas anjuran sahabat-sahabatnya mengingat tidak ada raja yang memerintah, maka Erlangga mengangkat dirinya menjadi raja Jawa Timur. Penobatan yang resmi baru dilakukan, ialah pada tahun 1019 sebagai raja.
            Erlangga memerintah sampai tahun 1042. Sewaktu kerajaan itu mulai dipegangnya sungguh sangat terharu hatinya melihat bekas-bekas kehangcuran yang dilihatnya. Kerajaan telah berserak-serak, daerah-daerah yang pasti belum nyata.
            Banyak daerahnya yang terbagi-bagi ditangan raja-raja kecil. Tetapi disingsingnya lengan bajunya. Ia berjuang sekuat tenaga menghidupkan kerajaan kembali. Mula-mula dipersatukannya daerah-daerah yang telah cerai-berai itu. Kraton Watonmas dibetulkannya kembali, dicarinya pengikut-pengikut yang setia mengikutinya.
            Dalam  pada itu raja-raja kecil itu terus juga memberontak melawan Erlangga. Barulah pada tahun 1025 ia dapat memerangi kaum pemberontak itu, dan baru selesai menjadi aman pada tahun 1035.
            Sepuluh tahun lamanya Erlangga berjuang memperbaiki kedudukannya. Ia telah dapat mengalahkan raja Wengker, satu-satunya lawan terbesar oleh Erlangga. Sesudah raja Wengker dapat dikalahkan, barulah Erlangga dapat menyusun kembali daerah-daerahnya yang bercerai-berai, sehingga akhirnya dapatlah disatukannya kembali kerajaan mertuanya. Kerajaan Erlangga terletak antara gunung Lawu dan Balambangan.
            Dalam tahun 1037 Erlangga memindahkan kratonnya ke Kahurifan. Jalan politik pemerintahan ditukarnya dengan yang sesuai menurut keadaan di waktu itu. Ia tidak memusuhi Sriwijaya lagi, tetapi ia senantiasa mencari sahabat-sahabat. Perhubungan luar negeri diaturnya sebaik-baiknya. Ia bersahabat dengan Sriwijaya  dan Kamboja. Erlangga mempunyai pelabuhan Ujung Galuk, yang terletak di tepi sungai Berantas dan juga Tuban.
            Dengan dua pelabuhan ini, Erlangga dapat senantiasa membuat perhubungan ekonomi dengan negara-negara tetangga, sehingga negara Jawa Timur mengecap kenikmatan pula kembali. Kemajuan perdagangan diperhatikan terus. Di bawah pemerintahan Erlangga, kebudayaannyapun hidup subur. Ahli sastra yang ternama ialah Mpu Kanwa yang mengarang sebuah seloka bernama Arjuna Wiwaha, yang sangat terkenal diwaktu itu, bahkan sampai sekarang.
            Erlangga rupanya tidak tahan lama memerintah. Pada tahun 1042 ditinggalkannya kerajaan, dan ia bersam anaknya yang perempuan bernama Sanggrama Wijaya pergi bertapa ke tempat pertapaan Pugawat, letaknya di gunung Pananggungan.
            Ia bertapa dan beribadat di sana. Tempat ibadat ini didirikan sebagai peringatan menang perang tahun 1041.
            Sesudah Erlangga meninggal, dibuat oranglah patungnya yang menyerupai Wisnu duduk diatas garuda di gunung Pananggungan.
            Sesudah Erlangga meninggalkan tahta kerajaan, tinggallah negeri dengan tidak mempunyai raja. Yang harus menggantikan kedudukannya ialah Sanggrama Wijaya, tapi iapun lebih menyukai bertapa dari pada memeritah. Ada juga anak Erlangga dua orang laki-laki. Atas anjuran Mangkubumi Empu Brada, kerajaan dibagi dua. Yang satu diberi nama Penjalu atau Daha dan disebut Kediri, letaknya disebelah barat gunung Kelut.
            Yang kedua bernama Donggala, letaknya di timur gunung Kelut. Inilah akibat Erlangga meninggalkan tahta kerajaannya.
            Kerajaan yang tadinya bersatu kuat, kini telah terbagi dua, dan maka diantara keduanya saling bercedera selalu. Masing-masing tak mau kalah pengaruh. Akan tetapi dari kedua kerajaan ini, yang terkenal, ialah Kediri, sedangkan Donggalakurang ternama. Boleh jadi karena berdirinya Donggala hanya beberapa tahun saja, dan akhirnya takluk juga kepada Kediri.
            Demikianlah kisah kerajaan Jawa Timur itu.

ORANG-ORANG TERKENAL INDONESIA


CATATAN  SEJARAH                                              oleh : Drs. Gaos Affandi

Saya menemukan sebuah buku lama yang berisi tentang sejarah tokoh-tokoh Indonesia, yang mungkin dapat dijadikan  referensi pengetahuan dan bacaan untuk mengetahui biografi dari tokoh tersebut, buku itu  berjudul “PUSAKA INDONESIA” (Orang-orang Besar Tanah Air) yang dikarang oleh “ pemuda Indonesia yang dalam segala-galanya bersifat sederhana , kata Muhamad Yamin.
Pemuda tersebut adalah Tamar Djaja yang menulis pada cetakan ke empat di Jakarta  pada tanggal 1 Januari 1951.
Buku ini pada hakekatnya, adalah cetakan ke IV. Tjetakan pertama telah terbit pada tahun 1940 di Bukit Tinggi, dan tjetakan ke II tahun 1941. Kemudian setelah proklamasi kembali ditjetak lagi untuk ketiga kali. Penerbitnja ketika itu, ialah “PENJIARAN ILMU”. ( pada Pembuka Halaman , hal.9)
Buku ini mendapat penghargaan dari Muhamad Yamin yang pada tulisan Penghargaan nya menuliskan pantun Perancis Le chant du depart , bangsa dan tanah airlah yang menjadi ibu orang perjuangan.
Pantun itu berbunyi.

Nous vous donne’la vie.
Guerries, elle n’est plus ā vous.
Tous vos jours sont ā la patrie.
Elle est votre mēre avant nous.

Kamilah, hai segala pahlawan
yang melahirkan kamu sekalian
Pabila terlepaslah dunia tempatmu lahir
ternyata usahamu membela tanah air;
Karena tumpah darah mulia kuasa
itulah ibumu yang esa


Begitu pula seorang Adi Negoro diawal tulisan Kata Pengantar  pada buku itu untuk buku cetakan ke III nya, di Bukit Tinggi diterbitkan oleh “Penjiaran Ilmu” menulis : Kata Thomas Carlyle,  History is the essence of innumerable biographies”,artinya riwayat itu adalah pati dari pada riwayat orang yang tidak berhingga jumlahnya, dan Emerson berfaham bahwa, “ There is properly no history only biographie. Sebenarnya tidak ada riwayat, melainkan perjalanan hidup orang saja.  Begitupun dalam tulisan terakhirnya Adi Negoro menuliskan; Muliakan orang besar kita, sebab dengan memuliakan  mereka, kita menunjukkan bahwa dalam hati kita ada pula kemuliaan, bebas dari kerendahan achlak.
Tidak ketinggalan Ulama Besar Indonesia yaitu H. Abdul Malik K.A (HAMKA) dalam sumbangan tulisannya, menuliskan bahwa pekerjaan Tamar Djaja ini, adalah satu usaha besar.   
Memang satu usaha besar, sebab tanah air kita baru akan meningkat maju, dan orang-orang yang telah turut membina kemajuan itu, perlulah ditaruhkan di dalan satu buku peringatan yang tersendiri, dicatat supaya kelak dapat disimpan baik-baik oleh anak dan cucu yang akan menyambung pekerjaan ini, supaya dapat mereka pakaikan suatu pepatah yang terkenal di dalam bahasa Arab :
Fatasyabbahu in lam takunu mislahum,
Innattasyabbuha birrijali falahu.

Artinya : Tirulah mereka, jika kamu tak dapat mencapai sebagai mereka.
                  Meniru orang-orang besar itu sajapun sudah suatu kemenangan


            Dari sekian banyak tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang ditulis oleh Tamar Djaja hanya sebagian yang dituliskan, karena pertimbangan sejarah ? atau catatan sejarah yang diterima penulis tidak memadai/ kurang lengkap, diantara tokoh-tokoh tersebut  adalah:
  1. Dharmawangsa
  2. Demang Lebar Daun
  3. Gadjah Mada
  4. Taruno Djoyo
  5. Tuanku Imam Bondjol
  6. Pangeran Diponegoro
  7. Si Singa Mangaradja
  8. Teuku Umar
  9. Radja Gadombang
  10. Teungku Tji’ di Tiro
  11. Raden Adjeng Kartini
  12. Teuku Panglima Polem
  13. Dr. Wahidin Sudirohusodo
  14. H. Umar Said Tjokroaminoto
  15. Dr. Raden Soetomo
  16. Dr. Abdu Rivai
  17. M. Husni Thamrin
  18. Dr. Tjipto Mangunkusumo
  19. Dr. G.S.S.J.Ratulangi
  20. Maharadja Soangkupon
  21. Tan Malaka
  22. Mr. Amir Sjarifuddin
  23. Wolter Robert Monginsidi
  24. Sudirman
  25. H. Dahlan Abdullah
  26. Otto Iskandar Dinata
  27. R.M.T.A. Soerjo
  28. Mr. R. Sjamsuddin
  29. Dr. Mohammad Amir
  30. Sjeh M. Arsjad Bandjar
  31. Kijai  Hadji Ahmad Dahlan
  32. Dr. H.A. Karim Amrullah
  33. Sjech Muhammad Djamil Djambek
  34. Dr. Abdullah Ahmad
  35. K.H. Mas Mansur
  36. Sjech Daud Rasjidi
  37. Kijai Hadji Fachruddin
  38. Zainuddin El Junusi Labai
  39. Ranggawarsita
  40. Willem Iskander
  41. Raden Saleh
  42. Wage Rudolf Supratman
  43. Raden Abdullah
  44. Dr. Danudirdja Setiabudhi
  45. H. Muchtar Luthfi
  46. Kijai H.K. Hasjim Asjari